Wednesday, June 8, 2011


ANALISIS WACANA KRITIK
Istilah wacana dipopulerkan oleh Foucault dan merupakan konsep penting dalam pemikirannya. Wacana dalam perspektif Foucault bukanlah sebagai rangkaian kata atau proposisi dalam teks, melainkan sesuatu yang memproduksi sesuatu yang lain. Oleh karena itu, dalam analisis wacana hendaknya mempertimbangkan peristiwa bahasa dengan melihat bahasa dari dua segi yaitu segi arti dan referensi. Hal ini bertentangan dengan strukturalisme yang hanya melihat bahasa sebagai sistem dan tidak mempertimbangakn pengalaman berbicara sebagai peristiwa bahasa.[1]
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai banyak disiplin ilmu dengan berbagai pengertian. Ilmu linguistik sendiri mengartikan analisis wacana berpusat pada pengertian dari wacana secara tradisional. Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi satu dengan yang lain, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklan makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Jika mengacu pada pengertian wacana tersebut, maka analisis wacana hanya melihat apakah pernyataan yang dilontarkan sudah benar secara semantik atau sintaksis.  Akan tetapi, dewasa ini ilmu linguistik memandang wacana tidak hanya sebagai tataran linguistik yang terlengkap dan tertinggi saja.
Dengan meminjam paradigma kritis, analisis wacana menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses dan reproduksi makna. Dengan pandangan semacam ini wacana melihat bahasa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukkan subjek dan berbagai tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Karena memakai perspektif kritis maka dinamailah Analisis Wacana Kritis.
Analisis wacana kritis sebagaimana halnya analisis wacana biasa yang menggunakan bahasa dalam teks untuk dianalisis. [2] Akan tetapi bahasa dianalisis tidak hanya menggambarkan semata dari aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk di dalamnya praktik kekuasaan. Fairclough dan Wodak mengatakan bahwa analisis wacana kritis menyelidiki bagaimana melalui bahasa kelompok sosial yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-masing tanpa terlihat dengan nyata, karena seperti yang dikatakan Foucault sudah menjadi bagian dari regulasi sehingga seakan normal apa adanya.
Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan (proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/ makna), akan tetapi juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu kesatuan yang utuh.
Salah satu objek kajian untuk Analisis Wacana Kritis ini adalah teks media. Teks media sebagaimana diketahui terbentuk dengan beberapa tahap proses. Mulai dari peliputan wartawan, penulisan berita, pengeditan, sampai berakhir di tangan pembaca. Tentu saja, teks media tidak luput dari berbagai kepentingan: baik itu kepentingan si wartawan, redaktur, pemilik modal, ataupun pembaca dalam memaknainya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa teks media bukanlah wacana yang bebas nilai. Teks media juga salah satu contoh bagaimana sesuatu diabsahkan atau diklaim salah dan benar, baik dan buruk, tanpa kekerasan dan seolah terjadi begitu saja.
Sebagai contoh misalnya saja, dalam pemberitaan konflik Palestina dan Israel kepentingan (keberpihakan) wartawan, editor, redaktur, dan pemilik modal akan membedakan masing-masing dari pemberitaan, ada yang lebih menekankan posisi Palestina sebagai korban, ada juga yang lebih menekankan Palestina sebagai militan dan fundamentalis yang merusak perdamaian, tentu saja ada juga yang lebih menekankan pada pembangunan dua Negara dalam satu tanah sebagai konsekuensi perdamaian.
Ada beberapa karakteristik Analisis Wacana Kritis, yaitu sebagai berikut:[3]
a) Tindakan
Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan. Sebagaimana yang dikatakan Foucault bahwa wacana adalah sesuatu yang memproduksi sesuatu yang lain. Dengan pemahaman seperti ini, ada beberapa yang konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan: untuk memengaruhi, membujuk, bereaksi, dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran.
b) Konteks
Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu: wacana berada dalam situasi sosial tertentu. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana yaitu partisipan wacana dan setting sosial tertentu. Oleh karena itu, wacana harus dipahami dan ditafsirkan dari kondisi dan lingkungan sosial yang mendasarinya.
c) Historis
Salah satu aspek penting untuk bisa memahami wacana adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu. Oleh karena itu, pada waktu melakukan analisis perlu tinjauan untuk mengerti mengapa wacana yang berkembang atau dikembangkan seperti itu, mengapa bahasa digunakan seperti itu, dan seterusnya.
d) Kekuasaan
Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan dalam analisisnya. Di sini setiap wacana tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Kekuasaan dalam hubungannya dengan wacana penting untuk melihat apa yang disebut kontrol. Kontrol tidak selalu bersifat fisik, tapi bisa juga mental atau psikis. Misalnya kelompok dominan membuat kelompok yang lain bertindak sesuai dengan yang diinginkannya, karena kelompok dominan ini memiliki akses dibanding kelompok yang tidak dominan.
Bentuk kontrol ini pun kadang tidak terasa karena telah dibuat senormal mungkin (biasa). Bentuk kontrol terhadap wacana bisa berupa kontrol atas teks, misalnya dalam lapangan berita, politisi yang posisinya kuat menentukan sumber mana atau bagian mana yang harus diliput atau dilarang diliput. Lalu bentuk yang lainnya adalah mengontrol struktur wacana. Seseorang yang memiliki kekuasaan yang lebih besar dari yang lainnya tidak hanya memiliki kekuatan untuk menentukan mana yang boleh ditampilkan mana yang tidak, tetapi juga memiliki kekuasaan untuk menentukan bagaimana ia ditampilkan. Dalam teks terlihat misalnya dari penonjolan dan pemakaian kata-kata tertentu.
e) Ideologi
Ideologi adalah konsep sentral dalam analisis wacana kritis. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Dalam pandangan semacam ini, wacana dipahami mengandung ideologi untuk mendominasi dan berebut pengaruh. Oleh karena itu, analisis wacana tidak bisa menempatkan bahasa secara tertutup, tetapi harus melihat konteks terutama bagaimana ideologi dari kelompok- kelompok yang ada berperan dalam membentuk wacana. Dalam teks berita misalnya, dapat dianalisis apakah teks yang muncul pencerminan ideologi seseorang (wartawan, redaktur, dan pemilik modal), apakah dia feminis, antifeminis, kapitalis, sosialis, dan sebagainya.
Di atas merupakan beberapa pemaparan mengenai wacana. Selanjutnya kita akan masuk ke dalam beberapa media, yang nantinya akan menjadi contoh atau mewakili dari judul tugas ini. Penulis mengambil tiga media cetak yang ada di Indonesia, yaitu : Media Indonesia, Republika, dan Warta Kota. Mudah-mudahan ke tiga media tersebut dapat mewakili dari analisis wacana ini. Saya mengambil tiga Koran diatas untuk di analisis. Koran ini tertanggal 23 Mei 2011.
Media Indonesia
Media Indonesia merupakan media cetak yang cukup lengkap dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Di Koran ini bisa kita lihat dari mulai politik, ekonomi, sampai olah raga ada di sini. Pada pembahasan wacana kritik di sini saya mengambil judul tentang pertikaian Mahfud dan Nazaruddin. Pada Koran ini pertikaian tersebut manjadi headline yang paling besar di sana. Headline tersebut tertulis dengan judul, “Mahfud sebut Nazaruddin amnesia”. Hampir dalam bagian depan ini di penuhi oleh berita tersebut. Di samping berita tersebut ada juga yang menyinggung tentang Nazaruddin, dengan judul “keputusan pemecatan Nazaruddin sudah disiapkan”. Bahkan di halaman ke dua pun masih ada berita wawancara langsung via handphone dengan judul “itu rekayasa politik besar”.
Analisi saya adalah media ini sangat gencar sekali memberitakan tentang perseteruan Mahfud dangan Nazaruddin sampai-sampai di jadikan sebuah headline. Bahkan pada bagian tersebut tertera lengkap kronologis kasusnya. Ini menunjukan media tersebut sangat antusias dengan berita ini. Dan mungkin ada muatan politik juga, yang tidak bisa di pungkiri media ini sangat agrsif dalam memberitakannya tidak seperti dua media selanjutnya. Bahkan bisa kita lihat ada sampai tiga berita yang hampir bersinggungan tentang Nazaruddin namun masih di masukkan ke dalam koran ini. Daya tarik media ini mengalahkan kisruh PSSI yang gagal lagi mengadakan kongres.
Secara keseluruhan Media Indonesia cukup bagus dan lengkap namun dia memeliki titik lebih pada bagian berita politik khususnya yang berbau partai. Itu terbukti dengan dimasukannya berita Mahfud dan Nazaruddin menjadi headline koran ini.
Republika
Selanjutnya adalah media cetak Republika. Koran ini juga salah satu media cetak yang cukup lengkap. Namun pada headline Republika justru kemelut tentang PSSI, dan dibawahnya ada berita internasional tentang presiden Amerika Serikat Obama. Menariknya pada Koran ini juga terdapat perseteruan Mahfud dan Nazaruddin. Tetapi kalau di sini berjudul. “KPK di minta panggil Mahfud MD”. Di sini terjadi perbedaan antara Media Indonesia. Pada Koran Republika hanya menuliskan berita yang kurang mengguncang. Hanya ada pada halaman 5 pada pojok kanan atas. Itupun tidak besar seperti yang terpampang pada media sebelumnya. Di situ tertuliskan bagaimana KPK di suruh oleh berbagai pihak agar memanggil Mahfud dan NAzaruddin terkait kasus ini.
Namun KPK menjawab masih belum bisa memanggil keduanya dengan alas an bahwa kasus ini sedang dalam fase penyelidikan. Bisa kita lihat di sini bagaimana pada berita Republika tidak begitu berani membeberkan berita ini secara terang-terangan. Atau juga mereka tidak focus kepada berita seputar partai dan lebih focus kepada berita lembaga-lembaga besar seperti PSSI atau berita Internasional. Itu bisa kita lihat dari headline yang tertera pada awal Koran Republika.
Secara keseluruhan Koran ini cukup lengkap dalam memberikan informasi. Baik dari segi politik, ekonomi, olah raga, dan lain-lain. Melihat dari keseluruhan bagian dan konflik Mahfud dan Nazaruddin yang saya angkat. Pada media ini kurang mendapat respon yang kuat. Mungkin ideology pada Koran ini berbeda. Seperti yang tertera pada headline, bahwa yang lebih di angkat pada koran ini adalah seputar kisruh sebuah lembaga, dan berita internasional. Karena pada Koran ini terdapat kolom tentang berita internasional di halaman sembilan.
Warta Kota
Sekarang pada media cetak Warta Kota. Warta Kota merupakan media cetak yang tergolong murah ketimbang media cetak yang lain seperti Kompas dan Republika. Namun secara informasi tidak kalah lengkap dengan berita-berita yang ada pada media cetak yang lain. Hanya saja pengulasan tentang beritanya di Koran ini tidak sedalam pada media-media sebelumnya atau media yang ada di atas tadi. Sama seperti dua media di atas, pada Warta Kota pun mengambil tentang perseteruan Mahfud dan Nazaruddin. Yang pada media ini informasi tersebut dijadikan sebagai headline. Namun walau menjadi headline utama berita ini sama besar dengan headline berita lain yang ada di sebelahnya kalau dilihat dari kasat mata.
Pemaparan tentang berita ini hamper mirip-mirp dengan kedua berita di atas. Namun berita di sini lebih cukup mendalam ketimbang berita yang sama yang ditampilkan oleh Republika. Tetapi ada yang menarik di sini. Kalau media pertama perseteruan Mahfud dan NAzaruddin yang menjadi judul, kemudian KPK tolong panggil Mahfud dan Nazaruddin. Di sini berbeda, yaitu Mahfud dituduh mau Capres. Di Koran sebelumnya menyinggung tentang pertikaian, KPK justru di media ini tentang Capres.
Judul tentang Capres itu di ambil dari pernyataan Ruhut Sitompul yang ada pada berita tersebut. Kalau dari penjelasan berita yang tertera pada Warta Kota memang sangat sederhana. Dan itu merujuk dari beberapa orang yang ada di partai demokrat. Kesimpulan Koran ini yaitu : penyampaian berita yang tidak mendalam, lebih banyak space iklan dari pada berita atau informasinya, dan mengangkat isu-isu yang ramai dibicarakan orang lain sekaligus juga gosip-gosip yang menghebohkan.
Selain menjelaskan ketiga media tersebut dengan pokok pembahasan yang sama mengenai Mahfud dan Nazaruddin. Juga ada beberapa berita yang sama mengenai dibuatnya lajur sepeda di Jakarta dan bagian olah raga (Ronaldo mencetak sejarah baru dengan 40 gol dalam satu musim di Liga Spanyol).
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan ini adalah bahwa pemikiran atau teori Foucault mengenai wacana dan kekuasaan menjadi salah satu fondasi dari teknik analisis wacana yang sedang berkembang sekarang ini, yaitu teknik analisis wacana kritis. Terutama pada kajian-kajiannya terhadap teks media sebagai salah satu contoh wacana yang tidak bebas nilai, dan senantiasa dipakai sarana untuk mengabsahkan apa yang dianggap benar oleh kelompok dominan tanpa menggunakan represi atau kekerasan. Seolah itu hanyalah realitas yang terjadi apa adanya dan diterima apa adanya. Oleh sebab itu, analisis wacana kritis tidak hanya memokuskan pada struktur wacana secara kebahasaan saja tetapi juga menyambungkannya dengan konteks dan melihat secara historis, dengan menambahkan aspek kognisi sosial yang akan membantu untuk menemukan ideologi pada media.
DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/09/analisis-wacana-kritis/
Media Indonesia
Republika
Warta Kota


[1] http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/09/analisis-wacana-kritis/
[2] http://www.scribd.com/doc/26994716/Konsep-Kuasa-Michel-Foucault-untuk-Analisis-Wacana-Kritis
[3]  http://www.scribd.com/doc/26994716/Konsep-Kuasa-Michel-Foucault-untuk-Analisis-Wacana-Kritis