Wednesday, June 8, 2011


BAB I
PENDAHULUAN
            Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesatnya telah menyajikan dan memanjakan manusia dengan segala kemudahan, kecepatan, serta kemurahan. Hingga ketergantungan manusia akan barang-barang muttakhir itu juga sedemikian tinggi.
Seperti halnya internet, internet menyediakan banyak fasilitas yang seolah dapat membawa manusia kelliling dunia tanpa biaya yang besar. Hanya dengan duduk manis dihadapan komputer atau handphone, dan dimanapun, manusia sudah dapat mengakses apa yang diinginkannya. Seperti penggunaan e-mail, facebook, twitter, google, dll.
Kemudahan-kemudahan yang didapat dari internet ini dimanfaatkan oleh beragai aspek kehidupan. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia sudah terjamah oleh internet. Aspek pendidikan dengan metode e-learning, e-book, dsb; aspek politik dengan fasilitas quickcount; hiburan dengan game online dan musik dengan fasilitas download gratis, serta tak ketinggalan aspek ekonomi dengan penggunaan toko online.
            Janji teknologi (memberi kemudahan, kecepatan, kemurahan) telah ditepati. Banyaknya pemanfaatan TIK oleh seluruh manusia dilapisan bumi menjadi bukti. Toko On-line salah satunya. Toko on-line ini merupakan istilah toko-toko yang melakukan aktivitas jual beli dengan memanfaatkan media internet. Di mana transaksi dilakukan melalui anjungan tunai mandiri (ATM).
            Bagi sebagian orang sangat mudah berbelanja melalui toko on-line. Karena bisa menghemat biaya dan tenaga. Dalam sekali klik, di manapun kita berada, kita bisa melihat, mencari, memilih, bahkan membeli barang yang kita inginkan tanpa harus pergi ke mall atau pasar. Karena kita bisa menjelajahi situs-situs nasional bahkan internasional demi mendapatkan benda-benda yang diperlukan.
            Namun tak sedikit orang yang enggan berbelanja di toko on-line. Karena dianggap transaksinya sulit, tidak dapat melihat atau memeriksa barang yang diinginkan, proses tawar menawarnya kurang efektif sehingga harganya relatif mahal. Hingga rentan terhadap penipuan.
                       



BAB II
MEDIA MASSA SEBAGAI SUATU PRANATA SOSIAL
            Dalam peristilahan sosiologi, pranata atau institusi sosial (social institution) diartikan sebagai suatu fungsi yang memenuhi ataupun melayani kebutuhan sosial tertentu. Selain istilah pranata sosial, sebagai terjemahan dari social institution dalam bahasa Indonesia ada yang menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan. Meski demikian, beberapa istilah tersebut memiliki arti yang sama.[1]
            Pranata sosial merupakan sebuah organisasi sosial yang berfungsi di masyarakat. Banyak dan sedikitnya jumlah masyarakat mempengaruhi jumlah organisasi sosial yang ada. Semakin banyak jumlah populasi masyarakatnya, maka semakin banyak jumlah organisasi sosial yang ada. Sebaliknya, semakin sedikit jumah masyarakat yang ada, maka semakin sedikit organisasi sosial yang ada. Pada masyarakat dengan populasi yang sedikit, akan lebih mudah jika suatu organisasi memiliki fungsi yang variatif, ketimbang banyak organisasi hanya dengan masing-masing satu fungsi.
            Layaknya organisasi sosial, institusi sosial merupakan sistem-sistem sosial. Jenis organisasi yang lain adalah perkumpulan, kerumunan, dan publik. Tidak ada batas tajam yang memisahkan antara institusi dan perkumpulan
            Di dalam kehidupan bermasyarakat, masyarakat pasti akan membutuhkan sarana untuk menyampaikan informasi dan saling berkomunikasi sesama masyarakat lain. Pada masyarakat tradisional, institusi komunikasi lebih banyak menggunakan saluran-saluran tradisional seperti kentongan atau layar tancap. Bahkan sebagian besar kebutuhan komunikasi dilakukan secara tatap muka (face to face).
            Pada masyarakat modern saluran komunikasi yang digunakan dipilih berdasarkan permasalahan yang ada. Sebab penentuan saluran komunikasi menentukan efektifitas penyampaian pesan. Selain menggunakan pranata saluran komunikasi, masalah yang sifatnya pribadi pranatanya adalah berbicara secara langsung tanpa menggunakan hp atau surat.
            Untuk keperluan komunikasi pada orang banyak, pranatanya adalah komunikasi massa. Sebelumnya telah dibahas bahwa masalah pribadi cenderung disampaikan secara langsung tanpa menggunakan media, maka ada juga sebagian orang yang menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan yang sifatnya pribadi. Seperti dalam acara kirim lagu di radio atau tv.
            Pada awalnya media massa digunakkan hanya untuk penyampaian pesan kepada khalayak luas. Selanjutnya terjadi perkembangan yang pesat mengenai isi media massa. Media massa yang sebelumnya hanya berisikan berita, kini meluas dengan memuat hiburan, rubik, dan juga iklan. Yang mana kesemuanya itu dapat menghasilkan profit bagi media massa itu sendiri.
            Perubahan selanjutnya merupakan perubahan media massa dari segi format atau isi. Di mana keberadaan surat kabar disusul oleh adanya radio, televisi, dan yang sedang naik daun saat ini adalah internet. Masing-masing dari media tersebut memiliki fitur dan fasilitas yang berbeda-beda bagi penggunanya.
            Pada masa sekarang sebagai pranata komunikasi, media massa telah berfungsi dan menyebar sampai ke pelosok tanah air. Dengan semakin canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, dari sudut penerimaan informasi tidak ada lagi perbedaan yang mencolok antara yang diperoleh masyarakat kota dengan masyarakat desa, sepanjang media massa telah menjangkaunya. Dengan demikian di tengah kehidupan sebagian besar masyarakat, kini media massa sebagai duatu pranata sosial untuk kebutuhan berkomunikasi massa, benar-benar merupakan kenyataan sehari-hari.[2]
            Perlahan fungsi-fungsi pranata sosial komunikasi berubah. Menurut Zulkarmein dalam bukunya Sosiologi Komunikasi Massa, sejumlah fungsi telah merekat pada pranata media massa, diantaranya:
1.      Fungsi Bisnis
Media massa mengiklankan sesuatu, mensponsori kegiatan, produk, ayau dirinya sendiri.
2.      Fungsi Politis
Media massa dapat mendukung atau menolak ide tokoh tertentu.
3.      Fungsi Sosial
Media massa mengumpulkan dana untuk bencana alam.
4.      Fungsi Organisator
Media mengorganisasikan orang dalam bentuk klub remaja, ibu-ibu, dll.
5.      Fungsi Ekonomis
Kelompok usaha media massa menjadi kekuatan ekonomi tersendiri yang berpengaruh dan punya serangkaian cabang usaha di berbagai bidang.

BAB III
TOKO ONLINE SEBAGAI SUATU PRANATA SOSIAL
Pendekatan Fungsional Bagi Khalayak
A.  Tentang Toko Online
1.    Devinisi Toko Online       
            Istilah Toko Online pasti sudah tidak asing lagi bagi kita. Toko yang populer juga  dengan istilah e-commerce, web store, ataupun virtual store ini menawarkan barang dan jasa lewat internet, dimana pengunjung dapat melihat barang-barang di toko online berupa foto-foto.
            Dari segi bahasa, toko online berasal dari dua suku kata, Toko dan Online. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, toko berarti sebuah tempat atau bangunan permanen untuk menjual barang-barang (makanan, minuman, dsb).  Sedangkan online yang terjemahan bahasa indonesianya adalah dalam jaringan atau disingkat daring menurut Wikipedia adalah keadaan di saat seseorang terhubung ke dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Jadi berangkat dari dua pengertian secara bahasa tersebut kita dapat mengartikan toko online sebagai tempat terjadinya aktifitas perdagangan atau jual beli barang yang terhubung ke dalam suatu jaringan dalam hal ini jaringan internet.
            Pemilik website ( penjual ) dapat berinteraksi langsung dengan orang lain ( pelanggan ) di website tersebut. Oleh karena itu toko online seyogyanya memiliki fitur yang mendukung transaksi elektronik, dan ini yang membedakan dengan website Katalog Online yang mungkin selama ini di interpretasikan dan salah artikan yang mana pembeli diharuskan membeli via telepon atau pun e-mail.
2.    Belanja online
            Belanja online adalah proses dimana konsumen langsung membeli barang atau jasa dari penjual secara real-time, tanpa perantara layanan, melalui Internet . Ini adalah bentuk perdagangan elektronik . Sebuah toko online, eshop, e-toko, toko internet, webshop, webstore , toko online, atau toko virtual membangkitkan analogi fisik membeli produk atau jasa pada bata-dan-mortir pengecer atau dipusat perbelanjaan. Proses ini disebut Business-to-Consumer (B2C) belanja online. Ketika bisnis membeli dari bisnis lain yang disebut Business-to-Business (B2B) belanja online.


3.    Sejarah
            Pada tahun 1990 Tim Berners-Lee menciptakan World Wide Web server pertama dan browser  ini dibuka untuk penggunaan komersial pada tahun 1991. Pada tahun 1994 terjadi kemajuan lain, seperti perbankan online dan pembukaan sebuah toko pizza online oleh Pizza Hut .Pada tahun yang sama, Netscape memperkenalkan enkripsi SSL data yang ditransfer online, yang telah menjadi penting untuk belanja online yang aman. Juga pada tahun 1994 perusahaan Jerman Intershop diperkenalkan sistem belanja online pertama. Pada tahun 1995 Amazon meluncurkan situs belanja online, dan pada tahun 1996 eBay muncul.
4.    Pelanggan
            Dalam beberapa tahun terakhir, belanja online telah menjadi populer, namun masih melayani kelas menengah dan atas. Dalam rangka untuk toko online, orang harus bisa memiliki akses ke komputer, rekening bank dan kartu debit . Belanja telah berkembang dengan perkembangan teknologi.
            Belanja online memperlebar target konsumen laki-laki dan perempuan dari kelas menengah. Pada awalnya, para pengguna utama dari belanja online adalah laki-laki muda dengan tingkat tinggi pendapatan dan pendidikan universitas. Profil ini berubah. Sebagai contoh, di Amerika Serikat pada tahun-tahun awal internet ada sangat sedikit perempuan pengguna, tetapi pada tahun 2001 perempuan adalah 52,8% dari populasi online.
            Konsumen menemukan produk yang menarik dengan mengunjungi situs pengecer secara langsung, atau melakukan pencarian di banyak vendor yang berbeda menggunakan mesin pencari belanja. Setelah produk tertentu telah ditemukan di situs web penjual, pengecer online kebanyakan menggunakan keranjang belanja perangkat lunak untuk memungkinkan konsumen mengumpulkan beberapa item dan untuk menyesuaikan jumlah, dengan analogi dengan mengisi keranjang belanja fisik atau keranjang di toko konvensional.